in ,

Dampak Buruk Dari Kebiasaan Tidak Berpikir Kritis Dalam Hidup

Kebiasaan Tidak Berpikir Kritis
Kebiasaan Tidak Berpikir Kritis

Jika kita menyadari betapa buruknya yang sedang terjadi di sekitar saat ini, hal itu kembali lagi mengingatkan betapa buruknya diri kita sendiri sebab kita adalah bagian dari situasi ini juga. Sudah jelas bahwa ini perkara kebiasaan, namun kita jangan menganggap remeh kebiasaan.

Sebab hal yang paling menghancurkan sebuah peradaban adalah kebiasaaan manusianya. Dan yang membangun serta memperbaiki sebuah peradaban juga kebiasaan manusianya.

Meskipun pada dasarnya semua orang tidak bisa berpikir kritis sepanjang waktu, tetapi setidaknya kita tidak membiasakan pemikiran yang tidak rasional ini menjadi budaya. Perkara kebiasaa kita sehari-hari, mulai dari gaya hidup dan pola pikir, semuanya mulai membentuk kita menjadi berpikir sempit. Maka sudah saatnya kita mengubah semua ini dan membiasakan diri berpikir kritis.

Berpikir Kritis Artinya?

Berfikir Kritis adalah proses disiplin intelektual yang secara aktif dan mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, dan mensintesis atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan,

atau dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman,  refleksi, penalaran atau komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan atau tindakan

Sebagian besar pemikiran kita sehari-hari tidak kritis. Kita terbiasa berpikir secara otomatis dan instant, sehingga orang-orang mudah memanipulasi pikiran kita. Terlebih lagi di era informasi saat ini, lihat saja dari yang sudah-sudah terjadi, orang-orang mudah sekali mengatakan hal-hal bodoh di media sosial hanya karena terpancing suatu argumen yang tidak berguna.

Nah, inilah 4 dampak yang paling umum dari kebiasaan berpikir tidak kritis dan mungkin akan merugikan diri sendiri.

1. Mudah Bereaksi Menggunakan Emosi Secara Langsung

Mudah Bereaksi Menggunakan Emosi
Mudah Bereaksi Menggunakan Emosi

Ada semacam tingkatan-tingakatan dalam berpikir, terlebih lagi melihat jumlah kepala yang begitu banyak pastilah macam-macam juga cara berpikirnya.

Namun anehnya, jika kita perhatikan lagi secara lebih dekat, sepertinya ada kesamaan dalam kebiasaan cara berpikir kita terutama yang tampak di internet.

Kita terlihat menggunakan pola yang sama, dimana kita terbiasa bereaksi menggunakan emosi secara langsung.

Dalam berpikir kritis, sudah dijelaskan bahwa kita perlu melakukan pengamatan dan penalaran atau komunikasi sebagai panduan untuk tindakan.

Jadi, coba lihat lagi apa yang sudah kita tuliskan di media sosial, atau lihat lagi apa yang sering orang-orang lakukan dalam tulisannya pada kolom komentar di media sosial.

Begitu banyak tindakan-tindakan instan tanpa pengamatan dan penalaran yang kita temukan, lalu apakah itu artinya kebanyakan dari kita belum berpikir kritis?

Baca Juga: 5 Tips untuk Hidup yang Bahagia dan Sukses dalam Segala Hal

2. Stress dan Kehabisan Energi

Depresi
Depresi

Berpikir kritis hanya hanya mampu dilakukan jika kita memahami artinya. Begitu banyak orang-orang yang terlihat sepertinya berpikir kritis namun tindakannya tidak karuan dan malah terlihat seperti sedang stress atau dengan kata lain kita menyebutnya overthinking.

Overthinking bukan berarti kritis! Kebanyakan kita sering menghubung-hubungkan antara overthinking dengan berpikir kritis dimana faktanya kedua hal itu jelas berbeda.

Overthinking hanya pikiran-pikiran yang bercabang dan diikuti kecemasan namun tidak ada tujuan, jelas berbeda dengan berpikir kritis yang mengandalkan disiplin intelektual dimana hal itulah yang memicu kita untuk mengevaluasi beragam informasi untuk satu tujuan.

Jika kamu mengalami stress dan mudah kehabisan energi hanya karena berpikir, maka itu adalah akibat dari overthinking. Jadi, mulailah menyimpan pemikiran kritis untuk hal-hal yang benar-benar kamu prioritaskan agar tidak menjadi orang yang overthinking.

3. Mudah Dimanipulasi Oleh Argumen Orang-Orang

Mudah Dimanipulasi Oleh Kata-Kata Orang Lain
Mudah Dimanipulasi Oleh Kata-Kata Orang Lain

Ada sebuah reaksi yang secara otomatis dilakukan oleh otak kita ketika mengetahui sebuah informasi baru, namun sayangnya reaksi pertama yang otomatis dilakukan oleh otak kita tidak selalu benar.

Semisal, ketika ada seseorang berkata kepada kamu bahwa orang tersebut suka kepada kamu, reaksi pertama yang otomatis muncul adalah rasa senang mendengar kata-katanya.

Namun setelahnya kita pasti akan mengalami reaksi kedua dari kesadaran yang lebih dalam, yaitu sebuah pertanyaan tentang sebab apa yang membuat orang tersebut menyukai kita dan terus menganalisis, mengumpulkan informasi sampai kita dan otak sendiri setuju bahwa “Ya, orang ini menyukai saya.” atau “Tidak, ia hanya bergurau saja”.

Contoh sederhana tersebut mungkin sudah cukup menjelaskan bahwa, pada dasarnya, semua orang memiliki kebiasaan berpikir kritis yang sama, namun masalahnya kita tidak membiasakan diri saja.

Coba bayangkan jika kita tidak berpikir kritis terhadap argumen orang-orang, pastilah otak kita mudah dimanipulasi oleh orang-orang seperti yang kita lihat di media sosial, banyak sekali informasi yang langsung saja ditelan mentah-mentah tanpa melalui proses disiplin intelektual.

Baca Juga: 5 Hal Yang Membuatmu Tetap Menjaga Kenangan Masa Lalu

4. Mudah Goyah dan Tidak Stabil

Mudah Goyah Dan Tidak Stabil
Mudah Goyah Dan Tidak Stabil

Selalu ada kemungkinan bahwa informasi yang baru kita dapatkan salah. Di era internet saat ini, tentu kita dapat melakukan observasi dari mana saja meski pun kemungkinannya masih 50/50 atau masih abu-abu antara apakah yang kita dapatkan itu benar atau salah.

Maka, adalah suatu keterpaksaan bahwa pada akhirnya kita memilih untuk mengevaluasi beragam informasi terlebih dahulu sebelum meyakini dan melakukan suatu tindakan.

Sebab, jika kita tidak mengambil jarak dan waktu sebelum memutuskan sesuatu yang meskipun itu membutuhkan waktu cukup lama, yang terjadi adalah kita mudah goyah dan tidak stabil karena pondasi dari keyakinan kita belum cukup kuat.

Berapa banyak yang kita lihat hari ini berkata A, besoknya mengatakan B dan seterusnya, tentu akan merugikan diri sendiri karena hal itu akan merusak citra diri kita dimata sosial.

Selain itu, lebih menyedihkan lagi adalah semuanya membuat kita lelah pada diri sendiri. Maka, mulai berpikir kritis dengan metode yang sebenarnya jika tidak ingin lelah pada dirimu sendiri.

“Pemikiran kritis dalam bentuk apa pun tidak pernah universal dalam setiap individu; setiap orang tunduk pada episode pemikiran yang tidak disiplin atau tidak rasional. ” – Michael Scriven dan Richard Paul”

Kita tidak selalu bisa berpikir secara kritis sepanjang waktu, tetapi menganalisa kesalahan-kesalahan kita dalam berpikir sebelumnya tentu sangat penting, menjadi pemicu untuk memperbaiki diri di masa kini dan yang akan datang. Belajarlah berpikir kritis, pahami dengan benar karena ini adalah pelajaran yang akan terus kita pelajari seumur hidup.

Dan akhirnya sampailah kita di penghujung temu, postingan kali ini akan selesai dengan kata-kata bijak terakhir yang mungkin akan membantu kita untuk fokus memperbaiki dan melengkapi kekurangan masing-masing.

Aku tidak kenal orang yang sempurna. Saya hanya tahu orang cacat yang masih layak dicintai. ~ John Green Click To Tweet

Written by Ilham Damanik

Penikmat dan pemerhati