in ,

6 Kebiasaan Buruk yang Menjadi Penghalang Rezeki

Kebiasaan Buruk Penghalang Rezeki
Kebiasaan Buruk Penghalang Rezeki

Kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang. Keunggulan bukanlah buah kerja keras, melainkan kebiasaan. Itulah kutipan dari Aristoteles yang sedikit membukakan pikiran kita bahwa kebiasaan itu sangat berpengaruh dalam kehidupan kita.

Apakah kita akan menjadi manusia yang lebih baik? menjadi sukses? Atau menjadi manusia yang tidak berguna? Jawabannya dapat dilihat dari kebiasaan yang kita lakukan setiap harinya.

Mungkin kamu pernah berpikir ada sesuatu yang salah dalam hidupmu. Seperti kebanyakan orang yang bekerja keras, kamu juga bekerja keras untuk mencari rezeki yang banyak, tetapi nampaknya hidupmu tetap saja sulit. Benarkah begitu?

Sekarang, kita perlu sadar bahwa kerja keras tidaklah mengubah apa-apa. Semua itu akan sia-sia jika kita tidak menghilangkan 6 kebiasaan buruk yang menghalangi rezeki berikut ini!

1. Terbiasa Mengambil Keputusan Berlandaskan Ketakutan dan Ego

Kebiasaan Buruk Dalam Pengambilan Keputusan
Kebiasaan Buruk Dalam Pengambilan Keputusan

Takdirmu hari ini adalah hasil dari kebiasaan dan keputusan yang kamu ambil di masa lalu, dan takdirmu di masa depan adalah hasil dari kebiasaan dan keputusan yang kamu ambil hari ini. Jadi, rezeki adalah tentang apa keputusan yang kita ambil.

Bagaimana kita mengambil sebuah keputusan besar itu kembali lagi pada kebiasaan yang kita lakukan. Jika kita terbiasa mengikuti rasa takut dan ego, maka keputusan yang diambil pun hanya berlandaskan ketakutan dan ego kita saja.

Sayangnya, keputusan yang diambil berdasarkan ketakutan dan ego itu hanya membuat kita merasa nyaman sebentar saja, setelahnya barulah kita merasakan pedih dan kepahitan yang berkepanjangan.

Alih-alih membiarkan ego mengubah keputusanmu dalam hidup, ada baiknya membiarkan cinta mengambil kendali. Perlu diingat, ego itu sifatnya hanya memikirkan kesenangan saja tanpa mau menderita, tetapi kenyataannya justru ia menipu dan membuat kita menderita.

2. Sering Menggunakan Bahasa yang Buruk

Sering Menggunakan Bahasa Yang Buruk
Sering Menggunakan Bahasa Yang Buruk

Seberapa sering kamu menggunakan kata-kata yang negatif? Saat kita berkata-kata yang negatif seperti mengutuki diri sendiri, mengeluh, menggosip dan berbahasa kotor, secara otomatis kita sedang memancarkan energi negatif.

Perlu diketahui, dalam hukum tarik menarik, kesamaan akan menarik kesamaan. Saat kita memancarkan energi negatif, maka kehidupan akan mendatangkan energi negatif. Seperti itulah cara kerjanya dan akan selalu seperti itu.

Selain itu, jika kita adalah orang yang percaya akan keberadaan Tuhan, seharusnya kita tahu bahwa Tuhan tidak suka dengan orang-orang yang suka mengumpat alias mengeluh.

Ditambah lagi sebuah nasehat lama yang sering terdengar bahwa kata-kata adalah doa. Setiap kata-kata yang kita ucapkan akan menjadi doa yang terpancar, misalnya, jika dalam satu minggu saja kita mengucapkan “Aku sial!” “Hidupku sial!” maka lihatlah apa yang akan terjadi.

Setelah memahami hal ini, tentu baiknya kita berhenti berkata-kata yang buruk. Jika kita belum terbiasa membicarakan hal positif, itu bisa dilatih pelan-pelan dan lebih baik kita diam saja daripada berkata-kata yang buruk.

3. Sering Memberi Bantuan Kepada Orang yang Salah

Memberi Bantuan Dengan Cara Yang Salah
Memberi Bantuan Dengan Cara Yang Salah

Setiap agama, setiap adat dan budaya masyarakat secara umum mengajarkan kita untuk saling tolong menolong. Nah, ketika menolong orang lain, kita berpikir bahwa pertolongan itu bisa memudahkan urusan mereka tetapi pada kenyataannya terkadang bantuan kita malah membuat sulit diri sendiri dan orang lain.

Contohnya, ada seorang temanmu yang memiliki masalah kekurangan uang. Tetapi, dibalik masalah itu ternyata temanmu itu adalah orang yang tidak amanah terhadap uang, selain itu dia juga pemalas dan selalu bergantung kepada orang lain.

Maka bisa jadi, masalah kekurangan uang yang sedang ia hadapi adalah hukuman dari Tuhan agar dia mau mengubah malasnya menjadi rajin, agar mau mengubah sifatnya yang tidak amanah menjadi amanah.

Dalam hal ini, kita tidak boleh menolong atau memberi hutang kepadanya. Sebab itu sama saja seperti, ada seorang pembunuh yang akan dipenjara lalu kita membebaskannya. Bisa jadi kita juga akan dijebloskan ke penjara juga bukan?

Jadi perlu dipahami, bahwa kebaikan yang sebenarnya adalah tentang pemahaman, tentang pengetahuan dan kebijaksanaan, bukan tindakan. Berpikir bijaklah sebelum bertindak, bahkan dalam tindakan-tindakan yang dilabeli kata “baik”.

4. Menjadi Sosok yang Palsu

Menjadi Sosok Yang Palsu
Menjadi Sosok Yang Palsu

Seberapa sering kamu melakukan hal-hal yang bertentangan dengan suara hatimu? Jika kita sering membodohi diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang bukan berasal dari isi hati sendiri, maka secara perlahan energi positif dalam diri kita akan melemah.

Ketika kita memegang suatu nilai atau prinsip dalam hidup, maka tindakan juga harus selaras dengan nilai atau prinsip itu. Saat kita meyakini bahwa bangun pagi itu baik, tetapi kita malah tidur di pagi hari, bukankah itu berarti kita sedang membodohi diri sendiri?

Jadi, nilai-nilai seperti apa yang ingin kamu jaga? Prinsip seperti apa yang ingin kamu jalani? Jika kamu sudah meyakini prinsip itu baik bagi dirimu dan hidupmu, maka hiduplah dengan cara itu dan jangan bergeser sedikitpun.

Semisal, prinsip atau nilai-nilai pribadi yang kamu pegang adalah kejujuran, kebenaran, pengembangan diri, dan hubungan yang sehat. Nah, karena nilai yang kamu pegang adalah kejujuran, maka untuk menyeleraskan itu dengan tindakan kamu harus selalu berkata jujur.

Ingat, kunci rezeki adalah pikiran selaras dengan tindakan. Inilah yang perlu kita jaga dan tingkatkan terus dari waktu ke waktu. Untuk menjadi selaras dengan pikiran kita perlu dilatih terus.

5. Sering Tidak Mensyukuri Nikmat

Sering Tidak Mensyukuri Nikmat
Sering Tidak Mensyukuri Nikmat

Kesuksesan tidak membawa kita pada kebahagiaan, Sebaliknya kebahagiaanlah yang membawa kita pada kesuksesan. Begitulah bunyi kutipan tentang sindiran kepada orang-orang yang menunggu sukses dulu baru bahagia.

Kalau dipikir-pikir memang ada benarnya juga, bahwa kunci kebahagiaan sebenarnya adalah mensyukuri nikmat. Bangun tidur adalah nikmat, namun kita pun sering lupa bersyukur, padahal kalau dipikir-pikir setiap hari adalah karunia yang berupa kesempatan bagi kita untuk melakukan apapun.

Contoh lainnya, saat kita dihadapkan dengan makanan, kita juga sering lupa mensyukuri nikmat tersebut. Kita melakukan semua secara autopilot, ketika ada makanan kita makan sampai kenyang lalu sudah- semua berjalan begitu saja tanpa ada maknanya.

Jadi sekarang coba pikirkan lagi seberapa bahagia kamu saat berhadapan dengan makanan? Seberapa bahagia kamu saat bercengkrama dengan keluarga atau teman? Seberapa bahagia kamu menyelesaikan pekerjaan?

Jika kita masih melakukan semuanya secara autopilot saja, tanpa pernah mensyukuri segala nikmatnya maka wajar saja rezeki tidak bertambah. Maka jika kamu ingin menarik lebih baik rezeki, bersyukurlah atas segala nikmat dan berbahagialah.

6. Pelit

Pelit
Pelit

Jangan pelit-pelit nanti rezekinya sempit. Begitulah kata-kata orang tua yang mungkin sering kita dengar. Namun ternyata apa yang orang-orang tua kita katakan memang benar adanya.

Seharusnya kita percaya akan hal ini karena sebenarnya ia bisa dijelaskan secara logika menurut hukum tarik menarik. Pelit itu berasal dari ego dan ketakutan yang sifatnya negatif, nah, teorinya kan kesamaan akan menarik kesamaan. Energi negatif yang kita pancarkan dari ego dan ketakutan akan menarik lebih banyak energi negatif pula dan bisa jadi itulah yang menghalangi rezeki.

Pada poin sebelumnya kita telah membahas tentang dampak negatif menolong orang yang salah, disini kita mesti paham bahwa menolong orang lain itu memiliki arti yang berbeda dengan berbagi.

Kalau ingin berbagi, ya silahkan berbagi kepada siapapun. Tapi soal menolong, itu perlu dipikir dua kali. Nah, sekarang kembali lagi. Bagaimana kita mengubah sifat pelit? Pertama perlu dipahami kedua hal ini:

Kita pelit kepada orang lain karena kita egois dan rakus hanya ingin menikmati semuanya sendirian. Kita pelit kepada orang lain karena kita takut dan khawatir nantinya diri sendiri akan kekurangan.

Sekarang sudah waktunya untuk melihat ini dari sudut pandang yang jauh dari ketakutan dan keegoisan. Coba pikirkan, bahwa bisa jadi apa yang kita dapatkan hari ini adalah hasil dari doa-doa orang sekitar kita juga, jadi apa salahnya jika kita berbagi kepada mereka?

Coba pikirkan lagi bahwa bisa jadi apa yang kita dapatkan hari ini adalah amanah dari Tuhan yang harus kita bagikan kepada orang-orang yang kekurangan? Jika kita sudah berpikir begitu, maka tak ada alasan lagi untuk pelit kepada orang lain.

Baca Juga :

Sebenarnya masih banyak sekali kebiasaan-kebiasaan buruk yang menghalangi rezeki kita, namun pada intinya jika kita sudah mampu menghilangkan 6 kebiasaan buruk yang sudah dijelaskan tadi kemungkinan besar hidup kita akan berubah menjadi jauh lebih baik.

Written by Ilham Damanik

Penikmat dan pemerhati