in ,

4 Level Kebahagiaan Dalam Hidup yang Wajib Diketahui

Tingkatan Kebahagiaan Dalam Hidup
Tingkatan Kebahagiaan Dalam Hidup

Kebahagiaan sejati tidak akan dipahami tanpa mengetahui terlebih dahulu 4 level bahagia. Selama ini kita mengartikan kebahagiaan sebagai pencapaian dari suatu hal yang di dambakan.

Benar sekali! Hanya saja jika pengertian kebahagiaan hanya dibatasi oleh pencapaian, maka jadilah kita manusia lemah yang menangis dalam batin jika mendapati kegagalan.

Dalam kebahagiaan sejati, bukan hanya pencapaian tetapi semua hal bisa menjadi sumber bahagia. Mari membuka pikiran. Jika kebahagiaan hanya dilihat dari satu sudut pandang saja, maka jadilah kita orang yang suka mengklaim diri sendiri dan orang lain.

Sangat menyedihkan melihat di era modern ini banyak dari kita yang merasa tidak bahagia hanya karena asumsi orang lain. Jika tidak diperbaiki sejak dini, masalah ini akan menjadi lebih berbahaya bagi mental kita dan generasi-generasi berikutnya.

Mari memperluas pemahaman kita mengenai kebahagiaan sejati dan berikut 4 Level Bahagia yang jarang diketahui!

4 Tingkatan Kebahagiaan Dalam Hidup

Kebahagiaan bukanlah suatu konsep sederhana yang mudah diartikan. Oleh sebab itu, Aristoteles, seorang filsuf asal yunani yang lahir sekitar 300 tahun sebelum masehi, membagikan kebahagiaan menjadi empat tingkat.

Tingkatan kebahagiaan ini nantinya akan memengaruhi seberapa kuat daya pertahanan diri kita terhadap berbagai masalah serta membantu kita mengetahui seberapa dalam kebahagiaan itu sendiri.

1. Laetus: Kebahagiaan Fisik

Kebahagiaan Fisik
Kebahagiaan Fisik

Kebahagiaan tingkat pertama adalah tentang hal-hal yang bersifat indrawi, fisik, sementara atau berwujud benda material. Laetus artinya gembira. Disebut laetus karena kebahagiaan pada tingkat ini bisa dirasa menggembirakan namun ternyata cepat menghilang.

Benar saja. Sebab kita seringkali berpikir bahwa akan merasa bahagia jika mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Contohnya. Katakanlah kamu ingin membeli mobil baru dengan model tercanggih dan mahal.

Kamu menabung setiap bulannya untuk bisa membeli mobil tersebut, namun setelah memiliki mobil yang kamu damba-dambakan, sebulan dua bulan kemudian kamu merasa biasa saja melihat mobil tersebut.

Kebahagiaan pada tingkat ini seperti rasa kenyang yang memiliki batas waktu, dimana kita akan merasa lapar lalu mencari makanan untuk mengisi perut lagi.

Sementara orang-orang yang berfokus pada kebahagiaan di tingkat ini akan menjalani kehidupan yang dangkal atau tanpa makna. Bukan berarti menabung dan membeli barang mewah adalah hal yang buruk, sebab semua kebahagiaan berhak untuk kita rasakan.

Hanya saja, jika kita terjebak di level ini maka yang didapatkan hanya lelah jiwa dan raga. Selebihnya kita akan memiliki ketakutan akan kehilangan terhadap faktor-faktor eksternal dan cenderung membuat kita lupa terhadap hal-hal yang bisa kita kendalikan.

Kita perlu menaikkan level kebahagiaan agar tidak terjebak di level ini dengan menambah pengetahuan yang bisa memengaruhi pola pikir kita menjadi lebih baik.

2. Felix: Membahagiakan EGO

Kebahagiaan Ego
Kebahagiaan Ego

Pada tingkat kedua di level felix yang berarti perbandingan, kita menggantungkan kebahagiaan pada ego, pengakuan orang lain dan menjadi lebih baik dari orang lain.

Tentu semua orang pernah merasakan kebahagiaan pada tingkat ini, sebab tak dapat dipungkiri bahwa di dalam diri kita terdapat sifat ego dan haus pengakuan.

Semisal, ketika kamu mendapatkan pencapaian tertentu dalam suatu kompetisi. Katakanlah kamu seorang atlet. Mau tidak mau seorang atlet harus memiliki mental juara agar tidak mudah menyerah dalam pertandingan, bukan?

Tetapi sayangnya saat kita terjebak di level ini, kita jadi keliru dalam mengartikan “mental juara” sehingga bermain curang dan menghalalkan segala cara untuk membahagiakan ego.

Semua orang mungkin pernah haus atau sedang haus akan sanjungan dan pengakuan dari orang lain bahwa dirinya hebat. Tetapi kebahagiaan itu dapat hilang dalam sekejap jika orang lain berhenti melakukannya.

Mirip seperti poin pertama, kebahagiaan pada level ini juga bersifat sementara dan melelehkan karena kita harus selalu memberi makan nafsu dan ego yang sementara pula.

Efek dari kebahagiaan di level ini mirip seperti mengkonsumsi bahan-bahan adiksi yang bisa membuat kecanduan. Nah, kecanduan akan pujian dan kepuasan ego inilah yang seringkali membuat kita tersiksa saat tidak mendapatkannya.

Menurut psikologi, bahkan mendapatkan like dan bertambahnya followers di media sosial pun dapat menimbulkan kebahagiaan pada tingkatan ini. Percaya atau tidak, mungkin kamu juga sering merasakannya.

Bukan hanya orang-orang biasa seperti kita saja, kabarnya para artis, musisi, atau atlet-atlet terkenal pun banyak mengalami gangguan mental karena terjebak di kebahagiaan level ini.

3. Beatitudo: Kebahagiaan dari Kebaikan

Kebahagiaan Dari Kebaikan
Kebahagiaan Dari Kebaikan

Pada tingkatan ini, kebahagiaan menjadi lebih rumit atau bisa dikatakan lebih sulit untuk didapatkan karena membutuhkan usaha yang lebih keras dari biasanya.

Di dalam kebahagiaan ini terdapat belas kasih, perhatian, pemenuhan, kebaikan, koneksi, dan makna. Beberapa orang mengartikannya sebagai “Cinta” yang luas.

Tapi sayangnya level kebahagiaan ini membuat kita jauh dari menjadi diri sendiri, karena terus menerus memakai “topeng senyum” untuk membuat orang-orang bahagia.

Meskipun tingkat kebahagiaan pada level ini mampu bertahan lebih lama daripada poin 1 dan 2 tetapi tetap saja melelahkan karena ia bergantung pada kebahagiaan orang lain.

Orang-orang yang berfokus pada tingkat ini dapat diibaratkan seperti superhero yang ingin menyelamatkan dunia atau mengubah dunia menjadi lebih baik.

Meskipun bertahan lama, kebahagiaan pada level ini juga memiliki batas. Ketidaksempurnaan manusia dan ketidakmampuan kita mengendalikan faktor eksternal secara keseluruhan tentunya menjadi batasan yang paling kokoh.

Jelas saja, bagaimana mungkin seorang manusia bisa membuat seluruh manusia di dunia ini bahagia? Bahkan pasangan, teman, atau keluarga kita sendiri saja belum tentu bisa kita bahagiakan semuanya.

4. Kebahagiaan Sejati: Kebahagiaan yang Sempurna

Kebahagiaan Sejati
Kebahagiaan Sejati

Kebahagiaan sejati adalah apa yang akhirnya dicari-cari semua orang dalam hidup. Setelah lelah dengan nafsu dan ego yang menyiksa diri sendiri, semua orang mungkin akan mencari kebahagiaan paling murni.

Kita tidak lagi merasa kecewa jika gagal membuat orang lain bahagia, bahkan kita tidak lagi marah dan bersedih, jika gagal dengan apa yang diusahakan karena kita percaya akan adanya kekuatan yang lebih besar dan sudah mengatur semuanya.

Kebahagiaan ini didasari oleh cinta, kebenaran, kebaikan, dan keyakinan yang paling sempurna juga tak pernah berakhir. Para psikolog menyebutnya transendensi atau panggilan untuk terhubung dengan alam semesta yang lebih luas.

Cara untuk mendapatkan kebahagiaan sejati salah satunya melalui jalan spiritualitas atau ajaran agama. Tapi ada sebagian orang yang mencapainya lewat jalan filsafat, seni, atau penelitian/ ilmiah yang mengungkap rahasia besar kehidupan alam semesta.

Untuk kebahagiaan ini tidak ada jawaban pasti yang mana untuk diikuti, tetapi kembali lagi pada pilihan dan keyakinan kita masing-masing.

Setelah mengetahui penjelasan tentang kebahagiaan sejati kamu berhak untuk memilih dan berhak untuk tidak memilih. Berada di tingkat mana kebahagiaan kamu kini?

Akhir kata

Tidak ada kebahagiaan yang lebih baik atau lebih buruk, semuanya hanyalah proses pertumbuhan dan pengembangan diri yang berlangsung seumur hidup.

Pada akhirnya, kamu lah yang mengatur kebahagiaanmu sendiri. Kehidupan memberi kita berjuta pilihan dan seperti apa kebahagiaan yang kamu inginkan ada ditanganmu sendiri.

Jika kamu merasa puas, cukup dan tidak tersiksa pada kebahagiaan level 1 maka tak ada salahnya kamu teruskan. Namun jika kamu merasa itu melelahkan, maka cobalah menaikkan tingkat bahagia hingga menuju kebahagiaan sejati.

Demikianlah artikel tentang arti kebahagiaan sejati dalam 4 Level bahagia. Semoga bermanfaat!

Written by Ilham Damanik

Penikmat dan pemerhati