Dalam hidup, setidaknya kita pernah atau mungkin mengenal seseorang yang pernah terlilit hutang. Pernahkah kamu meminjam uang teman mu untuk membayar sesuatu disaat kamu mungkin lupa membawa uang? Kejadian sederhana seperti itu, pada dasarnya merupakan salah satu transaksi timbulnya hutang.
Mungkin bagi sebagian orang, berhutang adalah sesuatu yang paling menakutkan dan sebisa mungkin sangat di hindari untuk dilakukan di kehidupan sehari-hari.
Namun jangan salah, dibalik memang banyaknya fakta yang memperlihatkan bahaya dari menghutang, tetapi tidak selamanya hutang itu memiliki konotasi buruk lho.
Pada artikel ini akan dibahas, bagaimana sebenarnya ciri dari hutang yang baik, namun sebelumnya perlu dipahami bahwa berhutang baik pun bukan merupakan sebuah anjuran yang harus dilakukan ya.
Apa itu Hutang Konsumtif?
Sebagian besar dari kalian mungkin tidaklah asing dengan kartu kredit. Berbagai macam promo di tawarkan oleh pihak Bank, salah satunya dengan membebaskan adanya tagihan biaya administrasi kartu kredit selama beberapa bulan bahkan tahun, hanya demi kemudahan masyarakat untuk dapat memiliki kartu kredit.
Ini tentu dilakukan bukan tanpa alasan. Bunga yang dibayarkan dari angsuran kartu kredit inilah yang menjadi sumber pendapatan bagi pihak Bank.
Mungkin terlihat menggiurkan bukan?
Anda dapat memiliki handphone keluaran terbaru seharga sekian juta, namun pembayarannya akan terasa lebih mudah ketika dilakukan dengan cara mengangsur selama beberapa bulan.
Hal-hal dan pemikiran seperti inilah yang dapat membuat anda terlilit dalam hutang konsumtif secara terus menerus.
Jadi, pengertian dari hutang konsumtif sendiri ialah hutang yang nilainya seiring berjalannya waktu akan terus menurun, sebab tidak ada yang dapat anda hasilkan dari hutang tersebut.
Nilai dari barang yang anda beli dengan berhutang, di masa depan akan terus menurun dan tidak menghasilkan pendapatan apapun bagi anda.
Bentuk dari Hutang Konsumtif
Beberapa bentuk hutang yang dapat dikategorikan sebagai hutang konsumtif, diantaranya:
1. Kartu Kredit
Pada dasarnya, hutang kartu kredit merupakan salah satu jenis hutang yang paling jahat yang sulit untuk dihindari.
Limit kartu kredit sendiri sebagian besar berkisar di angka 5 – 10 juta, sehingga barang yang dapat dibeli dengan limit yang terbatas ini, cenderung merupakan barang konsumtif yang tidak memiliki nilai tambah.
Contoh penggunaan kartu kredit seperti yang telah dijabarkan diatas, biasa digunakan untuk mengangsur barang-barang seperti handphone, tas, pakaian, dan lainnya yang dibeli secara kredit hanya untuk mengikuti gaya hidup tertentu.
Ketika anda memilih untuk membayarkan angsuran kartu kredit pada nominal cicilan minimumnya dan bukan dilunasi langsung 100%.
Hal ini mencerminkan bahwa anda sebenarnya sudah tidak mampu untuk membeli barang tersebut, dan memilih untuk membebaninya melalui kartu kredit, sehingga anda akhirnya terjerat dalam hutang.
2. Pinjaman Online
Semakin berkembangnya teknologi saat ini, kemudahan dalam berhutang pun semakin di tawarkan.
Menjamurnya pinjaman online yang dengan sangat mudah memberikan dana pinjaman, membuat beberapa orang mengandalkan hutang sebagai solusi cepat untuk mendapatkan keinginan mereka.
3. Kredit Kendaraan
Membeli kendaraan dengan cara berhutang, padahal anda tidak atau belum membutuhkan kendaraan tersebut, atau kendaraan tersebut dibeli namun jarang digunakan, maka hutang ini dapat dikategorikan sebagai hutang konsumtif.
Cara Terbebas dari Hutang Konsumtif
Seringkali banyaknya hutang konsumtif yang dilakukan tanpa sadar justru akan membuat anda mengalami masalah keuangan di masa depan, beberapa hal yang bisa anda lakukan agar terbebas dari hal tersebut, ialah:
- Gunakan kartu kredit hanya untuk keperluan mendesak
- Jangan terlena dengan banyaknya promo cicilan dan metode ‘pay later’.
- Ubah pola pikir dan buat anggaran rutin.
- Pahami maksimal hutang hanyalah 30% dari pendapatan.
Hutang yang anda lakukan seharusnya persentasenya kurang dari 30 % dari pendapatan rutin per bulan yang anda terima. Boleh kurang, namun pastikan anda tidak melebihinya.
Pada dasarnya yang membedakan antara hutang konsumtif dengan hutang produktif adalah terletak pada pemanfaatan barang yang didapat dengan cara berhutang tersebut.
Apakah barang yang anda beli dengan cara berhutang akan menghasilkan suatu nilai atau pendapatan di masa depan?
Atau barang tersebut hanya untuk dikonsumsi tanpa adanya nilai tambah yang bisa diberikan atau dihasilkan dari barang tersebut?
Hal inilah yang membedakan kategori hutang tersebut.
Apa itu Hutang Produktif?
Ketika anda mengajukan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) di suatu Bank tertentu, yang anda lakukan adalah berhutang bukan? Dimana anda harus membayar cicilan dari KPR tersebut setiap bulannya.
Namun hutang yang anda lakukan ini masuk ke dalam kategori hutang produktif. Mengapa demikian?
KPR yang anda ajukan, tentunya akan menambah aset yang akan anda miliki, yaitu berupa rumah tinggal. Rumah sendiri merupakan salah satu bentuk investasi yang semakin tahun, nilainya akan semakin bertambah.
Anda dapat pula menyewakan rumah yang sedang anda cicil ini ke orang lain, sehingga setiap bulannya anda mendapatkan penghasilan dari sewa rumah yang anda lakukan.
Artinya, ada penghasilan atau ada pendapatan yang bisa anda terima walaupun di awal yang anda lakukan untuk membeli rumah tersebut adalah dengan cara berhutang, dengan cara mengajukan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) di Bank.
Nilai dari rumah tersebut pun akan semakin tinggi setiap tahunnya, sehingga selain mendapatkan penghasilan setiap bulannya melalui uang yang anda terima sebagai jasa sewa rumah, beberapa tahun kedepan pun aset yang anda miliki ini akan semakin mahal harganya, bahkan mungkin akan melebihi jumlah hutang anda di awal.
Inilah yang di maksud dengan hutang produktif.
Bentuk dari Hutang Produktif
Beberapa contoh bentuk hutang produktif yang bisa anda lakukan:
1. Kredit KPR
Kredit Kepemilikan Rumah merupakan salah satu hutang produktif sebagaimana telah dijelaskan diatas. Rumah yang di kreditkan dapat menghasilkan uang melalui penyewaan property ke orang lain yang bisa dilakukan oleh pemilik rumah.
Terlebih saat ini harga property yang semakin mahal, sehingga sebagian besar orang masih memilih untuk tinggal dengan menyewa.
2. Kredit Modal Usaha
Dana yang didapat melalui pinjaman hutang dan digunakan sebagai modal usaha tentu merupakan salah satu hutang produktif, karena digunakan untuk perkembangan usaha yang tentunya bisa menghasilkan imbal balik yang positif.
3. Kredit Investasi
Kredit investasi ini biasa digunakan pula untuk membeli peralatan seperti halnya mesin-mesin pabrik yang memang digunakan untuk membeli aset tetap yang dapat digunakan untuk menunjang usaha atau bisnis agar semakin berkembang. Sehingga masuk pula ke dalam kategori hutang produktif.
Hutang Konsumtif menjadi Produktif, mungkinkah?
Ketika anda membeli kendaraan dengan kredit misalnya saja mobil, hanya untuk menunjang gaya hidup padahal anda belum membutuhkan mobil tersebut, tentu hal ini dikategorikan sebagai hutang konsumtif.
Namun pembelian mobil secara kredit bukan berarti selalu dikategorikan sebagai hutang konsumtif.
Pembelian mobil yang digunakan untuk usaha misalnya, tentu hal ini dapat dikategorikan sebagai hutang produktif. Mobil itu akan menunjang bisnis anda agar lebih baik lagi dalam perkembangannya.
Mungkin dengan anda memiliki mobil operasional sendiri, anda mungkin saja dapat menghemat ongkos transportasi atau biaya pengiriman yang selama ini begitu besar dan membebankan usaha anda.
Hal ini tentu menjadi nilai tambah sendiri dan dapat dikategorikan dalam hutang produktif. Jadi kembali lagi pada manfaat yang dapat dihasilkan dari barang yang anda beli secara berhutang tersebut.
Baca juga artikel menarik tentang Generasi Millenial Sulit Punya Rumah, Mitos atau Fakta?.
Syarat Hutang yang Baik
Memiliki kemampuan untuk membayar tunai tentu akan jadi pilihan prioritas bagi banyak orang. Namun, ada kalanya kita harus berhutang untuk dapat mempercepat nilai dari kekayaan.
Perhatikan 2 hal berikut sebelum kamu memutuskan untuk berhutang.
- Memberikan nilai tambah atas aset yang anda miliki saat ini.
- Hutang dapat dibayarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari barang atau modal yang anda beli dengan cara berhutang.
Bila 2 hal diatas dapat dipenuhi sebelum anda memutuskan untuk berhutang, maka hutang yang anda lakukan tentu merupakan hutang yang baik. Jadi, sudahkah anda berhutang dengan baik?