Mungkin kamu pernah sewaktu-waktu menghindari peluang emas karena berpikir akan suatu resiko yang berat?
Menurut psikologi klinis, ketakutan adalah respon otak terhadap bahaya yang akan terjadi secara langsung.
Sementara kecemasan atau kekhawatiran merupakan respon otak kita terhadap masa depan dalam artian yang negatif. Namun sepertinya tak begitu penting tentang apa nama dari perasaan yang kita alami, sebab yang jelas semua itu cenderung menghalangi kesuksesan dalam hidup.
Dan yang jelas kecemasan akan masa depan yang belum pasti memicu respon otak untuk mengarahkan kita pada zona nyaman. Lalu dengan logis otak kita menggerakkan tubuh untuk bekerja dan bekerja.
Tetapi seringkali upaya kita untuk menuju zona nyaman justru menjadi bumerang yang menghancurkan diri sendiri. Nah, apa yang sebenarnya terjadi?
Dengan mengetahui sumber masalah yang mengganggu ketenangan dalam hidup, kita dapat menyelesaikan dengan mudah dan menjalani kehidupan dengan tenang.
1. Perubahan yang Begitu Cepat

Apakah kamu menyadari bahwa internet telah mengambil alih dunia? Semua yang kita lakukan saat ini tidak terlepas dari genggaman internet dengan segala macam dampak positif dan negatifnya.
Tapi hidup terus berubah, hanya saja saat ini perubahan terjadi lebih cepat daripada era-era sebelumnya sehingga seringkali memunculkan ketakutan.
Sebagian orang mungkin melihat peluang emas dari derasnya perubahan, sementara sebagian lagi hanya melihat kebuntuan akibat kurangnya pengetahuan dan kepercayaan diri.
Jika ketakutan yang kamu alami berasal dari perubahan yang begitu cepat, solusinya tidak lain kecuali mempelajari hal-hal baru yang terus datang. Jika kita menutup kemungkinan ini, maka selamanya rasa takut akan menghantui kita dalam kehidupan yang terus berubah.
2. Ketidakpastian Masa Depan

Kita seringkali takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui. Tetapi faktanya tak ada seorang pun yang mengetahui masa depan. Ini adalah sesuatu yang tidak nyata, namun berpengaruh besar terhadap ketenangan hidup seseorang.
Semuanya belum pasti, kita hanya bisa membaca tanda-tanda yang terlihat dari apa yang terjadi di masa kini.
Bagaimana mungkin kita khawatir dengan sesuatu yang tidak nyata?
Tetapi kebanyakan dari kita lebih fokus pada tanda-tanda yang buruk, lalu mempercayainya meskipun hal itu belum pasti terjadi. Dan tentu saja, takut akan sesuatu yang belum pasti hanya menghalangi kita untuk mencoba hal-hal baru.
Semisal kamu ingin berpindah pekerjaan, tetapi takut nantinya sama saja. Akhirnya kamu tetap bertahan di pekerjaan yang lama dan menahan perasaan yang serba salah.
3. Ketakutan Akan Sepi dan Sendiri

Kebanyakan orang cemas dengan hidupnya karena takut dengan sepi dan sendiri. Kadang memang timbul perasaan sedih ketika melihat orang-orang berpasangan sementara kita sendirian.
Sungguh sebenarnya bahwa pikiran kita sendirilah yang membuat hidup menjadi serasa tidak berharga. Kita boleh saja membandingkan diri sendiri dengan orang lain, asalkan dibarengi dengan pikiran positif agar termotivasi.
Tetapi yang sering kita dapatkan ketika melihat orang lain berpasangan adalah rasa takut. Ketakutan akan kesepian sangat berbahaya sebab dapat membuat seseorang tetap bertahan dalam hubungan yang toxic atau bahkan memulai hubungan dengan seseorang tanpa memperhatikan kualitasnya.
4. Takut Tertinggal

Kemajuan sosial media membawa banyak sekali manfaat bagi orang-orang di seluruh dunia, namun ironisnya secara bersamaan juga membawa kemunduran yang signifikan.
Kemunduran ini diartikan dalam hal pola pikir. Saat kita melihat orang lain mendapatkan pencapaian, kita bukannya termotivasi namun justru malah merasa iri.
Perasaan iri inilah yang membuat kita jadi takut untuk menjadi diri sendiri. Ini bisa diartikan seperti, saat orang lain berhasil menjadi seorang youtuber, kita ikut-ikutan menjadi youtuber.
Di satu sisi adalah hal baik karena kita sudah melangkah ke depan, namun disisi lain ini cukup menyedihkan. Ya, menyedihkan sebab kita melangkah ke depan hanya karena takut tertinggal, bukan karena dorongan dari diri sendiri.
Namun ada yang lebih parah lagi, kita kecanduan dengan hal-hal baru yang ada di sosial media sehingga kesulitan mana yang prioritas dan mana yang bukan.
5. Takut Berkata “Tidak”

Kurangnya edukasi tentang apa yang harus diprioritaskan dalam hidup membuat kita selalu kebingungan untuk mengambil keputusan hingga hal-hal yang sebenarnya sangat sederhana.
Semua permasalahan ini sebenarnya bukanlah kesalahan kita, sebab pengalaman dan lingkunganlah yang membuat kita menjadi seperti sekarang ini.
Meski pun ini sangat menyedihkan, tetapi kita harus memahami suatu fakta bahwa saat ini banyak dari kita yang takut untuk berkata tidak.
Contohnya saja, banyak dari generasi milenial yang membenci pekerjaannya, membenci profesinya namun tetap menjalaninya karena paksaan keluarga dan sosial.
Kita takut berkata tidak sejak awal dan ujung-ujungnya kita menjalani hidup dalam keterpaksaan. Tapi percayalah belum terlambat untuk mengubah keadaan ini, siapa pun bisa menjadi apa pun.
Dan jika memang tak ada pilihan lain, maka cintailah apa yang kamu kerjakan!
6. Takut Tidak Dicintai

Inilah hal yang paling umum terjadi, semua yang kita lakukan dan semua yang kita tunjukkan selalu bertujuan agar orang-orang mencintai kita.
Lucu, bahwa faktanya saat kamu menjadi orang termiskin di dunia ini pun tetap saja ada orang-orang yang mencintai dan mengasihimu. Bahkan jika kamu menjadi orang gila sekali pun, tetap saja ada orang yang mencintaimu.
Namun hanya karena selalu ada orang yang mencintaimu, bukan berarti kamu bisa bertingkah sesuka hati dan tidak mempedulikan hidupmu.
Kita hanya perlu menghilangkan perasaan takut tidak dicintai, sebab kita sudah memiliki cinta itu sendiri di dalam hati masing-masing.
Kita hanya perlu mencintai diri sendiri tanpa harus berjuang mengejar cinta dari orang-orang. Sebab cinta yang diberikan orang lain kepada kita ada diluar kendali.
Artinya, jika hari ini seseorang mencintaimu dan membahagiakanmu, adakah jaminan bahwa esok kamu akan mendapatkan perlakuan yang sama dari orang yang sama?
7. Takut Akan Kematian

Orang-orang yang takut mati adalah mereka yang belum menemukan kebahagiaan sejati dalam hidupnya.
Seseorang yang sudah menemukan makna hidupnya dan kebahagiaan sejatinya tentu akan lebih ikhlas dalam menjalani hidup. Mereka akan selalu mendapatkan ketenangan dalam kondisi apapun dan siap kapan pun kematian menjemputnya.
Sayangnya kita, selalu berpikir seperti “Setelah aku berhasil mendapatkan A,B,C sampai Z maka aku akan hidup tenang dan mati dengan tenang”
Pertanyaannya sekarang, Bukankah kita tidak pernah tahu kapan kematian akan datang? Lantas bagaimana jika kita lebih dulu mati sebelum berhasil mendapatkan A,B,C sampai Z?
Kita tidak akan menemukan ketenangan dan kebahagiaan sejati selama masih membuat target-target yang tidak pasti dalam hidup seolah semua itu ada dalam kendali kita.
Terkait ketenangan hidup, coba baca beberapa artikel berikut untuk memembantumu menambah referensi lebih dalam lagi:
- Biar Tenang, Ini 7 Cara Memaafkan Kesalahan Orang Lain
- Saat Hatimu Hancur, Cemas, Galau, Kamu Mungkin Lupa 6 Hal Ini
- Depresi Karena Putus Cinta, 5 Tips Ini Akan Menuntunmu Mengatasinya
Akhir Kata, Coba tanyakan pada dirimu sendiri, manakah yang lebih penting antara keterikatan dan kebebasan?
Keterikatan hanya membawa perasaan takut, seperti takut kesepian, takut kehilangan, takut dibenci, dan lainnya. Sementara semua perasaan takut itu tidaklah berarti apa-apa dan tidak pula mengubah hidup kita, bukan?
Sementara kebebasan artinya kamu tidak terikat dengan apapun, bahkan kamu tidak terikat lagi dengan kecerdasan atau pengetahuanmu. Kamu hanya melakukan apa yang ingin kamu lakukan berlandaskan kesadaranmu tanpa harus takut oleh apapun.